Hanya Isi Kepala Saya..(bukan otak, tapinya..hehe)

Awalnya, saya ga punya keinginan yang kuat buat jadi seorang dokter. Dulu, buat saya, duduk berjam-jam di depan meja gambar sambil menciptakan rancangan-rancangan rumah yang unik tampak lebih menyenangkan daripada duduk menyapa orang sakit, mendengarkan keluhannya, memeriksa kondisi fisiknya, dan memutar otak untuk menegakkan diagnosis. Yah, semuanya tidak tampak menarik, bahkan hingga saya habiskan tahun pertama saya di FK Unpad.

 

Di tahun-tahun pertama, saya masih terus dibayang-bayangi cita-cita yang sudah saya miliki –bahkan sejak anak2 seusia saya hamper seragam menjawab “dokter” jika ditanya tentang cita2 mereka- sejak dulu kala…(beuh…berlebihan bahasanya..). Mungkin ga sedikit juga teman2 saya yang mengalami hal serupa di tahu pertama mereka. Wajar saja, di tahun pertama kami dijejali segaaala hal2 baru yang menurut saya sedikit gaib. Biokimia, genetika, anatomi, patofisiologi,,de-el-el-de-el-el yang belum menampakkan dunia kedokteran secara menyeluruh. Bahkan di tahun pertama saya mulai berfikir ”Kenapa sih banyak orang yang rela menceburkan dirinya di dunia kedokteran???” Padahal saya merasa ga terlalu istimewa ah, jadi dokter…. Banyak hal yang harus dipelajari dengan ribuan refference books, tutorial berjam-jam, tuntutan long life learning, sampai terfikirkan oleh saya mengenai undang-undang praktek kedokteran yang mungkin akan mengekang… Hyaaa….kenapa banyak yang mau merelakan hidup mereka ’menderita hanya demi hal2 tadi…

 

Semakin lama berada di FK semakin pusiing…(tapi bukan itu yang mau saya ceritakan di sini)

 

Yah…pada akhirnya, semua pertanyaan&keraguan hati saya terjawab oleh sang waktu….(memang…kadang ada hal2 tertentu yang hanya bisa dirasakan, dan tidak akan pernah terjawab oleh logika). Saya mulai tahu untuk apa saya ada di FK sekarang, belajar dengan sepenuh hati(meski masih banyakan malesnya..hehe), dan mulai mencintai apa yang saya lakukan.

 

Di dunia ini-ga usah di dunia deh, di Bandung misalnya- udah bertebaran dokter2…bahkan sampai level superspesialis, dan kalo dipkir2, kayanya ga ada tempat lagi deh buat dokter2 baru…Tapi yang saya&teman2 saya sadari…belum banyak dokter yang memang bekerja untuk pure menolong yang membutuhkan yang dedicatio pro humanitate(bener ga ya, tulisannya???). Masih banyak dokter yang berorientasi materi, menolak pasien2 yang miskin, yang they’ll do anything for money…(ga semua dokter kaya gitu…banyak yang baik juga sih..)pokoknya hal2 yang dalam idealisme saya sebagai seorang mahasiswa kedokteran tertolak baik secara logika maupun nonlogika. Bukan berarti jadi dokter ga boleh menarik bayaran juga sih…karena bagaimanapun juga dokter butuh uang untuk misalnya merawat alat2 praktek mereka, menggaji perawat, petugas tata usaha, petugas kebersihan, dll-dll.

 

Yahh…kadang bingung kalau berfikir tentang hal ini…  tentang Kenapa ada dokter yang berorientasi materi, saya sudah menemukan satu trigger utamanya yang sekaligus harus jadi strategi saya di kehidupan saya nanti sebagai –insya4Wl- dokter. Satu hal yang sudah terjawab adalah karena dokter2 itu tidak memiliki penghasilan lain selain dari kliniknya…masuk logika kan??

 

Saya pernah diceritakan oleh seseorang…saya lupa siapa…tentang kehidupan seorang dokter yang luar biasa kaya raya bukan dari profesinya sebagai seorang dokter. Di kehidupan lainnya, selain sebagai dokter, dokter tersebut ternyata menjalakan bisnis yang berfungsi sebagai msin uangnya…Ratusan juta bisa beliau dapat dari bisnisnya itu dalam sebulan(yang belum tentu bisa didapat oleh dokter2 biasa…) Subhanallah, dengan uang yang beliau dapat dari bisnisnya itu beliau bisa menjalankan perannya sebagai dokter yang sebenarnya. Bagi beliau, membebaskan biaya untuk pasien yang tidak mampu menjadi satu hal yang sangat kecil, tidak perlu pertimbangan berjam-jam untuk melakukannya. Bahkan, beliau juga sering mengadakan pengobatan gratis untuk masyarakat kurang mampu… Begini nih harusnya seorang dokter…keren pisann…

 

Visi saya pun berkembang lagi dari menjadi dokter yang berdedikasi menjadi seorang yang kaya raya yang berprofesi sebagai dokter yang berdedikasi… Beda kan dengan dokter kaya yang blabla…(berarti dia kaya karena dia dokter…)

 

Meluap-luap nih…maklum, mahasiswa..

Semoga idealisme yang menancap di diri saya saat ini terus terbawa hingga ke kehidupan tua saya…aamiin…

One response to this post.

Leave a reply to BJD TTHY Cancel reply